Gagal Bisnis Balik Nulis :: Akibat Kurang Riset

Gagal Bisnis Balik Nulis
(Akibat Kurang Riset)
 


    Dalam berwirausaha, riset menjadi hal yang paling penting untuk memulai usaha. Sayangnya, saat itu aku adalah seorang freshgraduate yang sangat tergiur akan sesuatu yang murah. Dalam pikiran, aku merasa usaha yang aku jalani akan sangat maju, laris dan cepat balik modal.

    Namun, gambaran pikiran hanyalah bayangan. Aku melupakan realita yang ada. Waralaba adalah menjadi cara jitu untukku memulai usaha. Yang kupilih saat itu adalah minuman kekinian yang memang sedang ramai. Alasan memilih waralaba pun sederhana. Tak perlu resep yang menggunakan banyak modal, tak perlu foto katalog dan terima beres.

    Setelah transfer uang dan barang datang, aku mendapat video tutorial lengkap untuk setiap produk, kemudian aku juga mendapatkan foto katalog yang bisa digunakan untuk promosi. Aku juga mendapatkan peralatan lengkap yang bisa digunakan langsung untuk berjualan.

    Semua bahan lengkap. Hanya perlu penambahan air dan juga es serut.
    
    Seperti yang dikatakan di awal, semua berawal dari kata murah.

    Saat itu aku mendapatkan sewa kios seharga Rp600.000 yang cukup luas bahkan ada rolling doornya. Bukan sewa lahan atau tenant, namun benar-benar kios. Tempatnya harusnya ramai karena di samping kios ada lembaga bimbingan belajar ternama. Di sini kesalahan kedua berada. Yaitu coronavirus disease (COVID 19) dimana lembaga bimbingan belajar meliburkan semua kegiatan belajar mengajar.

    Saat itu aku berpikir, "Ah ... nanti kalau bimbel udah mulai, pasti bakal dapat untung."

    Sekali lagi itu hanya pikiran, karena kenyataaannya di bulan pertama sangat sepi. Benar-benar sepi. Dari video yang kulihat di kanal youtube, penjual yang berjualan minuman kekinian bisa menjual paling tidak 50-150 cup perharinya dan aku ... hanya menjual 5-10 cup.

    Menyedihkan. 
    Sangat.

    Es batu serut yang mencair tanpa sempat bertemu rekanannya para bubuk premix. Mencair dan tak bisa digunakan lagi yang akhirnya dibuang. 

    Promosi gencar melalui sosial media namun semuanya seakan tenggelam tak terlihat. Hal yang paling menguntungkan hanya ada dua kali, yaitu saat mengikuti event bazzar. Saat ingin mengikuti untuk ketiga kalinya, event dibubarkan mengingat tingkat COVID 19 semakin meningkat.

    Hingga akhirnya, keuntungkan tak bisa di dapat. Bahan habis, uang pun habis untuk biaya sewa dan biaya es batu. 

    Meski begitu, selalu ada hikmah yang bisa dipetik dan dipelajari.

    1. Waktu
        Saat coronavirus disease memang tidak sedikit orang yang mengalami kesulitan ekonomi. Hal wajar bagi mereka untuk menghemat pengeluaran. Jalanan juga sepi karena aktivitas bekerja dan sekolah dilakukan secara daring. Orderan yang aku terima juga sebagian dari gofood dan grabfood. 


    2. Tempat

        Meski tempat yang disewa adalah kios rolling door yang harganya murah. Tempat yang strategis masih menjadi kunci utama. Dulu aku mikirnya karena jauh dari pesaing merek lain, usahaku akan lebih ramai, namun nyatanya tidak.

     For your information setelah sewa kios berakhir, pemilik kios menaikan harga menjadi 1 Juta rupiah. Agak kaget meski dipahami karena semua orang pasti butuh uang. Oh iya, harga tersebut belum include dengan PDAM dan Listrik yang akhirnya bikin tekor. Ga papa, pengalaman hidup.

    
        Kesalahannya lagi adalah jalan raya yang tidak terlalu ramai. Kemudian, saat hujan akan terbentuk genangan yang cukup dalam dan hal itu agak mengejutkan untuk aku sendiri. Gimana engga? Pas riset aku cuma modal postingan di grup facebook untuk informasi sewa tempat dan akurasi di google map! Bodoh? memang.

        Walaupun kalau survey secara langsung juga ga menjamin aku tahu kalau bakal jadi genangan kalau hujan. Bayangin, survey tempat usaha saat hujan? Kayanya ... walaupun bukan aku, orang lain juga bakal mikir panjang deh buat riset sambil hujan-hujanan. 

    3. Merek Usaha
        Membeli waralaba dengan merk yang kurang dikenal memang tidak mudah untuk menarik perhatian customer, sayangnya aku memilih waralaba ini karena sekali lagi ... murah. Harganya lebih murah daripada waralaba lainnya. Hal ini mengharuskanku untuk branding lebih keras walaupun pada akhirnya gugur karena rekan yang diajak untuk membangun usaha bersama memilih untuk pulang. 

    Hal itu jelas bisa dimengerti, memang siapa yang mau berwirausaha hanya dengan khayalan sementara realita yang terjadi seperti tak memiliki masa depan? Oleh karena itu, akhirnya aku dan rekan lainnya kembali ke jalan masing-masing.

    Aku kembali menulis novel yang sangat kucintai.

    Kesimpulannya, untuk memulai apapun dimulai dari riset.
    

Posting Komentar